Pendapat Dari Praktisi Internet ID Institute M. Salahuddien Tentang Filtering Internet Untuk Kominfo - NgopiiMaste

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, 25 October 2017

Pendapat Dari Praktisi Internet ID Institute M. Salahuddien Tentang Filtering Internet Untuk Kominfo


Seni Visual M. Salahuddien Pakar Dari Praktisi Internet Dari ID Institute. By S.W

Kementerian Komunikasi Dan Informatika (Kemkominfo) Telah Menyiapkan Mesin Sensor Internet (Konten Negatif) Untuk Situs Web Di Indonesia. Mesin Dengan Sistem Bernama Crawler Memiliki Cara Kerja Dengan Menjelajahi (Crawling) Konten Dengan Membaca Dan Mengambil Atau Menarik Konten Negatif Yang Sesuai Dengan Kriteria Pencarian.

Hasil Crawling Setelahnya Akan Disimpan Dalam Kapasitas Penyimpanan Yang Dilakukan Analisis Lebih Mendalam Dengan Metode Tertentu.
Meski Demikian, Internet Development (ID) Institute Mengungkap, Ada Cara Penyensoran Yang Sebetulnya Lebih Sesuai, Dalam Hal Ini Untuk Indonesia.

Menurut Praktisi Internet ID Institute M. Salahuddien, Merujuk Kajian Praktisi Selama Bertahun-Tahun--Tak Hanya Dilakukan Oleh ID Institute Tetapi Juga Dilakukan Pihak Lain Di Seluruh Dunia--Cara Penapisan (Filter Dan Sensor) Yang Paling Efektif Yaitu Penapisan Yang Sifatnya Permanen Yaitu IP Dan Domain Filtering.
"Ini Lebih Baik Karena Sifatnya Permanen Dan Bisa Dijadikan Baseline," 
Kata Salahuddien Di Sela-Sela Diskusi Media ID Institute Di Jakarta, Jumat (20/10/2017) Sore.

"Dari Waktu Ke Waktu, (Metode) Itu Yang Paling Efisien Dan Yang Paling Murah, Dan Paling Make Senseuntuk Diterapkan, Kecuali Untuk Negara Seperti Tiongkok Yang Otoriter. Kalau Negara Yang Otoriter, Mau Ngabisin Duit Berapa Juga Nggak Peduli Karena Tujuannya Bukan Itu," Lanjutnya.

Dengan Demikian, Terang Salahuddien, Tujuan Dari Negara Dengan Sistem Sensor Otoriter Sebetulnua Adalah Kontrol. Indonesia Sendiri Adalah Negara Demokratis Dalam Konteks Melindungi Warga Negara, Dan Bukan Untuk Meng-Endorse Interest Penguasa.
"Dalam Proses Yang Demokratis Seperti Itu Tentu Perhitungan Cost And Benefit Rasio Analisisnya Harus Tepat, Jangan Sampai Uang Rakyat Dihambur-Hamburkan Dalam Tanda Kutip Masih Tanda Tanya Atau Untuk Hasil Pencapaian Yang Seberapa Tinggi Tingkat Efisiensinya," Pungkasnya.


Pendapat Diatas Diungkapkan Karena Adanya Proyek Baru Yang Akan Mulai 
Ditahun 2018 ,Tentang Kominfo Pemegang Kendali Atas Sensoring Filter internet
Bahkan M. Salahudien Pun Berpendapat 

Industri Sensor Konten Bisa 'Mati' Jika Kemkominfo Lakukan Ini


Dari Internet Development (ID) Institute M. Salahuddien, Menyayangkan Upaya Kementerian Komunikasi Dan Informatika (Kemkominfo) Untuk Menjadi Operator Mesin Sensor Konten Negatif Pada Situs Web Di Indonesia. Menurutnya, Jika Kemkominfo Melakukan Hal Tersebut, Industri Sensor Konten Akan Mati.

Ditemui Di Sela-Sela Diskusi Media ID Institute Di Jakarta, Jumat (20/10/2017) Sore, Salahuddien Menerangkan Ruang Bagi Pertumbuhan Industri Tertuang Dalam Permen 19 Kemkominfo. Dalam Hal Ini, Terangnya, Sensor Konten Memang Sudah Ada Industrinya Di Indonesia.

"Sekarang Gini, Peralatan Security Semua Yang Digunakan Operator Ada Fungsi Tambahan, Yaitu Penapisan (Filter, Penyaringan, Dan Sensor). Nah Fungsi Dari (Penapisan) Itu Kan Juga Termasuk Industri, Baik (Mesin Sensor Konten Besutan Pihak Ketiga) Yang Dari Luar Dan Juga Lokal Ada," Ucap Salahuddien.

"Industri (Sensor Konten) Ini Akan Mati Kalau Pemerintah Memaksakan Diri Jadi Operator. Kemudian Pemerintah Tidak Boleh Jadi Operator Karena Alasan Transparansi Dan AccountabilityTrust Itu Akan Tercederai Ketika Pemerintah Sebagai Regulator Juga Menjadi Eksekutor, Nah Itu Balance-Nya Dari Mana?," Lanjutnya.

Seperti Diwartakan Sebelumnya, Pihak ID Institute Juga Mengkritisi Soal Tingginya Nilai Mesin Sensor internet Kemkominfo Yang Mencapai Ratusan Miliar Rupiah. Mereka Juga Berharap Kemkominfo Seharusnya Bisa Menggandeng Pihak Ketiga Mengoperasikan Mesin Tersebut.

Sekadar Informasi, Kemkominfo Bakal Menggunakan Mesin Dengan Sistem Bernama Crawler Mulai Awal 2018. Pengadaan Mesin Sensor Ini Dilelang Dengan Nilai Tender Hingga Lebih Dari Rp 194 Miliar Dan Dimenangkan Oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI).

Cara Kerja Sistem Yakni Menjelajahi (Crawling) Konten Dengan Membaca Dan Mengambil Atau Menarik Konten Negatif Yang Sesuai Dengan Kriteria Pencarian. Hasil Crawling Setelahnya Akan Disimpan Dalam Penyimpanan Yang Dilakukan Analisis Lebih Mendalam Dengan Metode Tertentu.
Hasil Output Dari Deteksi Konten Nanti Bisa Berupa Domain, Sub-Domain, Dan URLOutput Kemudian Akan Melakukan Verifikasi Dan Validasi Sampai Akhirnya Mencapai Pengambilan Keputusan.



Sumber informasi    :    www.Liputan6.com

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here