informasi ini Saya Kutip Dari Tribun Medan. Jum'at 23-06-2017
Para Pelajar Mengantarkan Tempe Keluar Angkasa.
Setelah paket eksperimen tentang fermentasi ragi berhasil dikirim ke Stasiun
Luar Angkasa Internasional pada bulan April 2016 lalu, kali ini SMA Unggul Del
(SUD) Laguboti, Tobasa, melakukan penelitian lanjutan.
Penelitian terbaru ini bernama International Space Station ISS Project 2
yang melibatkan biji kacang kedelai sebagai media tumbuh bagi ragi tersebut.
Menurut Kepala SMA Unggul DEL Laguboti, Arini Desianti Parawi, peluncuran
roket yang membawa paket kedua ini dilakukan pada, Sabtu 4 Juni 2017 lalu di
Amerika Serikat. Penelitian ini berjudul Fermentasi Kedelai dalam Kondisi
Mikrogravitasi (The Fermentation of Soybeans in Microgravity Experiment).
"Penelitian kali ini merupakan penelitian lanjutan dari ISS Project 1.
Objek penelitiannya kacang kedelai dan ragi," sebutnya ketika konferensi
pers di Gedung Aula sekolah Unggul Del (SUD), Jalan Arjuna, Sitoluama,
Laguboti, Tobasa, Jumat (16/7).
Lebih lanjut, perempuan berdarah Sulawesi ini menjelaskan, proyek ini adalah
suatu proyek eksperimen di bidang sains dan komputer yang diselenggarakan oleh
Valley Christian High School (VCHS)-AMSE Institute.
Proyek ini bertujuan untuk membuat konsep, merakit, menguji, dan
menerbangkan suatu paket eksperimen ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Diceritakannya, pada Oktober 2016 lalu Tim ISS Project 2 mulai mengerjakan
eksperimen dan selesai pada bulan Desember. Hasil eksperimen disimpan ke dalam
sebuah kotak berukuran 12,5 cm x 4,7 cm yang disebut dengan MicroLab.
Setelah penelitian berhasil dirancang pada MicroLab, kedua mentor dan dua
orang pelajar yakni Afner Sirait dan Putry Yosefa Siboro berangkat ke VCHS, San
Jose-CA pada Januari 2017. Mereka mengikuti sesi uji coba enjiniring dan
penerbangan.
Uji coba enjiniring bertujuan untuk memastikan bahwa rancangan setiap
komponen dan eksperimen yang terdapat pada MicroLab memenuhi prosedur standar
National Aeronautics and Space Administration (NASA).
Hingga memastikan bahwa kode program
yang dibuat berjalan dengan baik tanpa ada eror sedikit pun.
Sedangkan uji coba penerbangan
bertujuan untuk mensimulasikan kondisi ketika MicroLab dibawa oleh roket ke ISS
dan memastikan tidak akan terjadi kerusakan selama proses tersebut.
Ia membeberkan alasan SMA
Unggul Del tertantang ikut berpartisipasi dalam ISS Project bahwa salah
satu keunggulan SUD yaitu metode pembelajaran yang mengutamakan high order of
thinking skill melalui aktivitas riset.
Selama empat tahun berdiri, SUD
telah membentuk klub-klub riset di bidang matematika, sains, dan komputer. Para
siswa memiliki minat dan potensi yang tinggi pada ketiga bidang tersebut.
"Oleh karena itu, ISS Project
merupakan suatu kesempatan yang sangat baik bagi SUD agar para siswa dapat
mengembangkan potensinya dengan optimal dan memberikan sumbangan kepada
kemajuan ilmu pengetahuan negara dan dunia," tambahnya.
Ia menceritakan sekilas tentang para
peneliti. Tim ISS Project 1 resmi dibentuk pada Juli 2015. Setelah mengikuti
serangkaian agenda, modul MicroLab yang berisi paket eksperimen tentang
fermentasi ragi pun berhasil dikirim ke Stasiun Luar Angkasa pada April 2016
lalu.
Kemudian, pada Juni 2016 Tim ISS
Project masuk dalam tahapan analisis data, dengan kesimpulan bahwa proses
fermentasi ragi bisa terjadi pada kondisi gravitasi hampir mendekati nol. Hasil
penelitian telah dipublikasikan pada acara American Society for Gravitational
Space Research di Cleveland, Ohio-USA, pada Oktober 2016 lalu.
Pada Project ISS 1 dan 2 ini
dijelaskannya, terdapat 6 tahap persiapan yang harus dilewati dalam
melaksanakan penelitian ini sampai akhirnya diluncurkan ke Stasiun Luar
Angkasa. Di antaranya, lokakarya untuk mentor, seleksi anggota tim, pengusulan
ide penelitian, uji coba enjiniring, uji coba penerbangan, dan peluncuran
penelitian ke ISS.
Astronot tak Repot Bawa Makanan
Ketua tim eksperimen ISS Projectt 2,
Matthew Addrian Silalahi, memaparkan alasan penelitian pengembang-biakan tempe di luar
angkasa agar para astronot tidak lagi direpotkan dengan membawa bahan makanan,
jika proyek ini berhasil.
"Tujuannya, agar astronot ridak repot membawa bekal makanan dari bumi.
Nantinya mereka terbantu saat menjelajah di luar angkasa," pungkasnya.
Ia berkeyakinan, penelitiannya akan berhasil, sebab proses fermentasi akan
lebih cepat terjadi dibandingkan dengan di bumi.
Ditambahkannya lagi, dengan kondisi gravitasi bumi, proses fermentasi biji
kacang kedelai bisa berlangsung selama 2-3 hari. Tetapi, pada kondisi
mikrogravitasi kemungkinan bisa berlangsung dalam sehari.
Selain itu, yang terpenting, sekaligus memperkenalkan secara global bahwa tempe merupakan
penganan tradisional yang bernilai ekomomis. Namun, memiliki kandungan gizi
yang tinggi.
Sumber informasi
: http://medan.tribunnews.com
No comments:
Post a Comment