Sosok Figur istimewa “ Sang Pemulung Mendirikan Dua Sekolahan “ - NgopiiMaste

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, 17 August 2017

Sosok Figur istimewa “ Sang Pemulung Mendirikan Dua Sekolahan “

Foto istimewa Dari Sosok Figur Yang istimewa / s.w

Di mana ada kemauan pasti akan ada jalan. Peribahasa atau pepatah klasik itu pantas disematkan kepada Yoseph Orem Blikololong (57).

Bagaimana tidak, pemulung asal Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur itu, meski terbilang nekat, tetapi bisa membangun dua sekolah sekaligus.

Walau pun penghasilannya pas-pasan, Yoseph dengan percaya diri yang tinggi membangun sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Karena keterbatasan biaya, sekolah PAUD yang diberi nama Peduli Kasih itu terpaksa menempati rumahnya yang sederhana di Kompleks STIBA, jalan Timor Raya kilometer 6, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima.

Sementara SMP Surya Mandala Kupang, Yoseph pun menyewa empat ruangan bekas taman kanak-kanak, milik salah seorang pengusaha di Kota Kupang. Sekolah ini terletak di Jalan Timor Raya kilometer 9 Gang Monitor, Kelurahan Oesapa.

Dua sekolah itu menampung siswa yang berasal dari latar belakang keluarga yang tak mampu dari segi ekonomi alias miskin. Sejumlah anak jalanan, penjual koran, pencari besi tua, penjual keresek di pasar, hingga kondektur angkutan kota bersekolah tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Yoseph membangun PAUD Peduli Kasih tahun 2008 lalu. Awalnya jumlah siswa mencapai 60 orang, tetapi terus berkurang dan saat ini hanya 20 anak saja.

Sementara untuk SMP Surya Mandala dibangun tahun 2011, dengan jumlah siswa awalnya 60 anak, namun angkanya terus bertambah hingga kini berjumlah 80 siswa.

Di sekolah PAUD, hanya ada satu orang tenaga pengajar yang digaji setiap bulannya Rp 200.000.
Sementara di SMP, terdapat 9 tenaga pengajar, termasuk satu orang kepala sekolah. Para guru ini diberi honor Rp 100.000 per bulan, sedangkan kepala sekolah Rp 200.000.

“Sebenarnya kita tidak sebut itu sebagai gaji, tapi hanya uang transportbuat para guru ini. Mereka semua bekerja secara ikhlas dan membantu para siswa miskin ini,”kata Yoseph kepada Kompas.com di kediamannya, Minggu (13/11/2016).



Prihatin banyak anak miskin tidak sekolah

Yoseph yang memiliki enam orang anak dari pernikahannya dengan Serfina Mak (50), mengaku, awalnya bekerja sebagai sopir angkutan kota. Namun karena penghasilannya tak menentu, ia pun beralih profesi menjadi pemulung sampah di Ramayana Mall sejak tahun 2004 silam.

Rupanya menjadi pemulung, penghasilan cukup lumayan. Dalam sehari ia mampu meraup Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Yoseph pun akhirnya berhasil menyekolahkan tiga orang anaknya hingga perguruan tinggi.

Anaknya yang pertama sudah lulus kuliah dan saat ini bekerja sebagai guru di Kabupaten Lembata. Dua orang lainnya masih kuliah, sementara yang lain masih sekolah di bangku SMA dan SMP.

Namun di saat yang bersamaan, Yoseph prihatin dengan kondisi kehidupan orang-orang di sekitarnya yang bernasib lebih buruk dari dirinya.  Berangkat dari itu, ia pun membangun sekolah khusus untuk warga miskin.

“Saya melihat di sekitar lingkungan sini banyak anak-anak usia dini berkeliaran. Mereka sebenarnya mau sekolah, tapi sekolah yang ada memasang biaya yang tinggi, sehingga karena orang tuanya tidak punya biaya mereka akhirnya tidak bersekolah. Karena itu saya punya keinginan untuk menampung mereka tanpa biaya atau gratis,” kata Yoseph.

Yoseph pun mengaku terinpirasi dengan tayangan di televisi tentang sejumlah sosok sederhana yang mampu membangun sekolah buat para siswa yang miskin di daerah Jawa.

Hal itu membuatnya berpikir keras untuk membangun sekolah gratis buat siswa yang tak mampu di NTT.

“Saya juga lihat banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa putus sekolah dan bekerja sebagai kondektur, pemungut besi tua dan sampah, tolak gerobak dan jual kresek di pasar. Mereka itu kemudian saya ajak untuk masuk dan bersekolah di SMP,”ucapnya.

Yoseph juga punya impian yang sederhana, yakni suatu saat ia bisa membangun lagi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), khusus untuk anak yang berlatar belakang ekonomi lemah, sehingga akan menjadi lengkap, mulai dari PAUD hingga SMA.

“Saya ini juga hidup susah, karena untuk menghidupi keluarga sendiri saja repot, namun saya berkeinginan untuk bantu orang yang lebih susah dari saya. Karena bagi saya, ketika saya membantu orang susah, tentu akan ada saja pihak lain yang akan membantu saya,”ujar Yoseph.

Ia pun berharap pemerintah daerah hingga pusat, bisa memperhatikan banyak anak jalanan dan siswa miskin, sehingga mereka bisa menikmati pendidikan yang layak.

”Mereka ini juga adalah anak-anak bangsa dan jangan anak tirikan mereka, karena itu mereka juga harus diperhatikan oleh pemerintah,” ujarnya.


Sumber informasi    :    www.kompas.com

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here